Suatu hari di sebuah apartemen berlantai 100 mengalami gangguan lift, lantaran listrik mati. Sebuah keluarga penghuni apartemen lantai 100 yang baru pulang belanja ingin segera masuk ke rumah. Mereka bertiga terdiri dari Ayah, ibu dan anak.
Karena habis belanja di mall, mereka sepakat harus sampai ke lantai 100 secepatnya, karena mendekati waktu makan siang. Mereka pun sepakat naik melalui tangga ke lantai 100. Karena menurut petugas apartemen, mati lampu karena ada travo yang meledak di Jakarta dan menunggu travo pengganti yang masih diambil dari Surabaya.
Agar tidak bosan selama menaiki tangga mereka punya tiga kesepakatan, pertama, lantai 1 sampai 30 si anak harus menyanyi untuk menghibur, kedua, lantai 31 sampai 60 si ibu bercerita tentang hal yang lucu-lucu, dan ketiga dari lantai 61 sampai 100 si ayah bercerita tentang hal yang sedih.
Memasuki lantai ke-61, Si Ayah giliran bercerita tentang hal-hal yang sedih. Entah karena kelelahan, Si Ayah saat itu selalu menunda-nunda gilirannya bercerita, kemungkinan takut lemes, tidak sampai di lantai 100. Nah sampai akhirnya di lantai 99, Si Ayah mulai bercerita.
"Duhai Bunda tercinta, anakku yang aku kasihi, ini cerita sedih sekali. Jangan menangis ya, janji!," mulai sang ayah disambut kompak Si Anak dan Sang Ibu, yang berjanji tidak akan sedih dan nangis.
"Begini, hati Ayah sedih banget, ternyata kunci rumah kita ketinggalan di mobil, di parkiran bawah sana, hiks, hiks," sang Ayah mulai meneteskan air mata.
"Ayah, ini beneran apa cerita ngarang sih? Jangan bikin bunda nangis, hua... Ayah beneran kunci rumah ketinggalan di mobil," tanya sang ibu dan Anak yang tak bisa menahan tetesan air mata. (kpl/dar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar